BANGKOK, KOMPAS.com - Gempa Aceh tidak hanya membuat panik
masyarakat di Sumatera, tetapi juga warga Singapura, Malaysia, dan Thailand,
juga India dan negara-negara di Samudera Hindia.
Pemerintah Thailand membunyikan alarm peringatan tsunami di
enam provinsi wilayah negeri gajah itu, menyusul gempa berkekuatan 8,2
magnitude yang berpusat 431 km dari kota Banda Aceh.
Pemerintah langsung membunyikan alarm tsunami di enam
provinsi, Phuket, Krabi, Phangnga, Ranong, Satun, dan Trang. Peringatan untuk
siaga ini akhirnya dicabut malam harinya setelah tidak ada laporan kerusakan
dan korban jiwa. Namun demikian tsunami kecil 10 cm dilaporkan terjadi di
Phangnga.
Direktur Pusat Peringatan Bencana Nasional Thailand, Samsak
Khaosuwan, mencabut peringatan tsunami pada pukul 19.30, Rabu malam.
"Gelombang tertinggi datang dari gempa pertama terekam
10 cm di Ko Miang di Phangnga, disusul kemudian gelombang 30 cm dari gempa
kedua," kata Khaosuwan. Ia menambahkan tak ada kerusakan ataupun dampak
berarti akibat gempa Aceh.
"Kami akan menunggu dan mengamati dalam 24 jam
berikutnya. Namun warga bisa kembali ke rumah mereka," katanya.
Pengumuman Somsak Khaosuwan disusul dengan pengumuman PM
Thailand Yingluck Shinawatra di TV yang sudah direkam sebelumnya, yang
mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati akan gempa susulan.
Executive Vice President Phuket Fantasia Litti Kewkacha
mengatakan, lebih dari 1.000 karyawan direlokasi daro taman hiburan ke lokasi
lain milik perusahaan itu yang lebih aman.
"Setelah pengalaman tsunami 2004, kami mempersiapkan
lokasi aman bagi karyawan kami, untuk berjaga-jaga," katanya.
Guncangan gempa dirasakan oleh pekerja kantoran di Bangkok.
Gempa bumi dan peringatan tsunami memaksa sejumlah perusahaan menutup lebih
awal kantor mereka menyusul laporan soal gedung tinggi yang bergoyang-goyang.
Sementara parlemen mempercepat debat mereka.
Dalam gempa Aceh 2004 yang disusul dengan tsunami,
sedikitnya 8.200 orang tewas di
Thailand.